Nama :
Yolla Ristyani Dewi
NPM :
27315281
Kelas :
4TB01
Matkul :
Konservasi Arsitektur
Dosen :
Dr. Ir. Agus Dharma., MT.
Secara
harfiah, konservasi berasal dari bahasa Inggris yaitu Conservation yang terdiri
atas kata con dan servare yang memiliki pengertian upaya
memelihara apa yang kita punya namun secara bijaksana.
Dalam konteks luas Konservasi
merupakan proses pengelolaan suatu tempat agar makna kultural yang terkandung
dapat terjaga dengan baik meliputi seluruh kegiatan pemeliharaan sesuai kondisi
lokal.
Konservasi
Arsitektur adalah Upaya pelestarian/pemeliharaan hal yang bersangkutan dengan
dunia arsitektur, baik itu merupakan sebuah kawasan, maupun didalam sebuah
gedung, dengan tujuan agar dapat melestarikan/memelihara bangunan yang utuh
dapat dipertahankan.
1.
Sejarah Rumah
Sakit PGI Cikini
Rumah Sakit
PGI Cikini berdiri pada 12 Januari 1898 sebagai RS Ratu Emma (Vereniging voor
Ziekenverpleging Koningen Emma Ziekenhuis Tjikini), RS Cikini didirikan oleh
Ny. Adriana Josina de Graaf-Kooman, istri misionaris Belanda, dengan tujuan
untuk merawat orang-orang sakit dari berbagai golongan masyarakat tanpa
memandang kedudukan dan untuk semua suku, bangsa, dan agama.
Biaya pendirian rumah sakit diperoleh
dari Ratu Emma, digunakan untuk membeli bekas rumah pelukis kenamaan Raden
Saleh di Menteng (Huis van Raden Saleh). Nirin Ninkeulen dari Depok menjadi
pribumi pertama yang bekerja sebagai tenaga medis di RS Ratu Emma. Rumah Sakit
Ratu Emma berubah nama menjadi Rumah Sakit Tjikini pada 1 Agustus 1913.
Pada masa pendudukan Jepang, RS Cikini
dijadikan Rumah Sakit Kaigun (Angkatan Laut Jepang). Pasca pendudukan Jepang
(Agustus 1945 – Desember 1948), RS Tjikini dioperasikan oleh RAPWI dan kemudian
DVG, hingga akhir 1948 RS Cikini dikembalikan pengelolaannya kepada pihak
swasta dipimpin oleh R.F. Bozkelman.
Tahun 1957, pengelolaan Stichting
Medische Voorziening Koningen Emma Ziekenhuis Tjikini diserahkan kepada DGI
(Dewan Gereja-gereja di Indonesia) dengan Prof. Dr. Joedono sebagai pimpinan
sementara. Selanjutnya diangkat dr. H. Sinaga, sebagai direktur pribumi pertama
RS Tjikini. Yayasan Stichting Medische Voorziening Koningen Emma Ziekenhuis
Tjikini kemudian diubah namanya menjadi Yayasan Rumah Sakit DGI Tjikini. Pada
31 Maret 1989, sehubungan dengan perubahan nama DGI menjadi PGI, dan adanya ejaan
Bahasa Indonesia yang disempurnakan, maka nama Yayasan RS DGI Tjikini
disempurnakan menjadi Yayasan Kesehatan PGI Cikini.
2.
Lokasi dan data
fisik Rumah Sakit PGI Cikini
Rumah Sakit PGI Cikini terletak di Jalan Raden
Saleh No.40, RT.12/RW.2, Cikini, Menteng, RT.12/RW.2, Cikini, Menteng, Kota
Jakarta Pusat, Daerah Khusus Ibukota Jakarta 10330. Rumah Sakit ini telah masuk
dalam daftar penetapan cagar budaya nasional, dengan SK Menteri
NoPM.13/PW.007/MKP/05, SK Gubernur No475 tahun 1993, dan SK Menteri
No189/M/2017.
3.
Karakter Spasial
Karakter spasial merupakan elemen yang
membatasi sebuah ruang yang berkaitan dengan bangunan. Elemen yang dikaji dalam
karakter spasial Rumah Sakit PGI Cikini terdiri dari:
a.
Fungsi Ruang
Bangunan Rumah Sakit PGI Cikini yang merupakan
bekas Rumah Raden Saleh, saat ini sebagian ruangannya difungsikan sebagai
kantor pengelola rumah sakit. Pada bangunan juga terdapat ruangan yang sudah
tak terpakai, mendominasi area lantai atas. Adanya ruangan non-fungsional
tersebut dikarenakan rusak akibat bocor hingga membuat lantai-lantainya lapuk.
Fungsi ruangnya terdiri dari beberapa jenis seperti kantor yayasan, kantor
direksi, kantor keperawatan, kantor personalia, ruang rapat, ruang siaran,
aula, ruang display dan ruang servis.
b.
Hubungan Ruang
Ruang-ruang pada Rumah Sakit PGI Cikini saat
ini didominasi oleh hubungan ruang yang saling berdampingan. Hubungan ruang
dalam ruang yang terdapat pada bangunan merupakan hasil dari perubahan saat
adanya penambahan ruangan. Beberapa pintu yang menghubungkan antar ruang kini
tidak lagi difungsikan, sebagian dihalangi oleh perabot kantor dan sebagian
ditutup dengan dinding.
c.
Alur Sirkulasi
Pola
sirkulasi terdiri dari pola linear, radial dan sentral dengan sebagian besar
pola yang ada merupakan pola linear. Beberapa pintu yang tidak difungsikan
mempengaruhi pola sirkulasi bangunan saat ini.
d. Orientasi Ruang
Orientasi
ruang berpusat ke aula dan koridor yang bersifat ruang bersama. Adanya beberapa
bukaan yang kini tidak lagi difungsikan merupakan salah satu faktor perubahan
orientasi pada bangunan.
4.
Karakter Visual
Karakter visual merupakan karakter yang paling
memberikan ciri khas dan citra sebuah bangunan. Elemen pembentuk karakter
visual pada bangunan yang dikaji, ialah:
a.
Bentuk Bangunan.
Bentuk dasar dari bangunan ini merupakan
gabungan dari geometri persegi dan lingkaran. Rumah Sakit PGI Cikini memiliki
denah berbentuk menyilang dengan bentuk teras yang semi-circular. Bentuk denah
tersebut merupakan tipikal bentuk denah katedral yang membentuk cross simetris
dengan apse pada kapelnya.
b.
Atap
Atap pada bangunan sebagian besar hasil
renovasi, menghilangkan hampir seluruh ornamen yang menjadi ciri khas dari
bangunan. Ornamen seperti finial, nok, parapet dan crocket telah hilang
tergantikan dengan adanya penambahan atap baru. Penambahan tersebut mengakibatkan
kerusakan pada atap seperti kebocoran yang berdampak ke bangunan.
c.
Dinding
Komponen yang dapat ditemui pada dinding Rumah
Sakit PGI Cikini seperti gevel, niche, moulding, buttress dan porte-cochère
didominasi oleh gaya arsitektur gotik dengan campuran gaya klasik. Dekorasi
pada dinding bangunan lebih banyak pada tampak depan bangunan maupun ruang
publik seperti aula.
d.
Baluster
Baluster atau pagar pembatas terdapat pada
eksterior dan interior bangunan. Baluster pada eksterior bangunan dipengaruhi
oleh gaya arsitektur klasik dengan bentuk spindle bergaya victorian. Newel post
dari baluster eksterior saat ini dijadikan sebagai pedestal kolom ditambah
banyaknya hiasan pada newel post yang telah hilang. Sementara baluster interior
merupakan adaptasi gaya gotik terlihat dari bentuk dan ornamennya. Ornamen yang
terdapat pada baluster interior berupa cusp yang membentuk trefoil head,
quartefoil, fluer-de-lis dan sebagainya.
e.
Pintu
Pintu asli pada bangunan Rumah Sakit PGI
Cikini (Eks Rumah Raden Saleh), memiliki bentuk melengkung pada bagian atasnya,
baik berbentuk pointed arch maupun round arch. Pintu-pintu tersebut dilengkapi
dengan aksesoris berupa hoodmould dan ornamen pada bagian ujungnya. Beberapa
pintu memiliki muka yang berbeda pada sisi luar dan dalamnya. Sisi pintu yang
menghadap ruang publik seperti aula cenderung memiliki hiasan dan ornamen yang
detail dibanding sisi yang menghadap area privat. Detail ornamen yang dapat
dijumpai pada pintu bangunan ini berupa trefoil, quartefoil, flame, mouchette
dan sebagainya. Bentuk lengkung maupun bentuk pintu yang lancip serta ornamen
yang ditemui pada bangunan didominasi oleh gaya arsitektur neo-gotik.
f.
Jendela
Tidak jauh berbeda dengan karakter
pintu, jendela asli pada bangunan memiliki bentuk pointed arch dengan dekorasi
bentuk-bentuk gotik. Beberapa jendela telah mengalami perubahan berupa
penambahan komponen adaptasi dari arsitektur kolonial. Penambahan ruang pada
bangunan menjadikan beberapa posisi jendela berada di dalam ruangan sehingga
tidak dapat berfungsi dengan maksimal. Pada area aula terdapat sebuah jendela
yang berada pada plafon yang mulanya difungsikan sebagai skylight.
g.
Kolom
Terdapat keberagaman jenis bentuk
kolom pada bangunan, seperti kolom klaster berjenis corinthian, kolom tuscan,
kolom lekukan besi tempa dan kolom kayu jepit. Kolom klaster dan kolom tuscan
merupakan kolom asli pada bangunan yang dipengaruhi gaya arsitektur klasik. Adanya
kolom penopang bagi atap tambahan yang dibuat dengan menggunakan newel post
sebagai pedestal kolom.
5.
Tinjauan
Pelestarian
Hasil
penilaian makna kultural pada variabel amatan kemudian diklasifikasikan sesuai
dengan potensial kelasnya. Adapun potensial tersebut terbagi ke dalam potensial
tinggi, potensial sedang dan potensial rendah dengan hasil sebagai berikut:
• Potensial rendah (6-10) : 24 elemen
• Potensial sedang (11-15) : 61 elemen
• Potensial tinggi (16-18) : 33 elemen
Total
: 118 elemen
Apabila
dipersentasekan, maka elemen bangunan yang memiliki potensial rendah sebanyak
20%, potensial sedang 52% dan potensial tinggi sebanyak 28% dari total
keseluruhan 118 elemen yang dievaluasi. Berdasarkan ketiga jenis potensial
bangunan, variabel dimasukkan ke dalam empat kelas pelestarian, arahan
pelestarian untuk rekonstruksi 21%, rehabilitasi 24%, konservasi 35% dan
preservasi 20%.
Dari
hasil tersebut dapat diketahui bahwa hanya seperlima elemen bangunan yang
benar-benar terjaga bentuk asli dan kondisinya yang masih terawat. Sementara
elemen yang perlu dilakukan pemugaran dari teknik konservasi sepertiga dari
keseluruhan elemen dan sisanya merupakan elemen-elemen rusak yang memerlukan
perhatian lebih.
Beberapa
elemen bangunan yang memiliki nilai potensial rendah disarankan untuk dilakukan
pengembangan desain. Saran pengembangan desain tersebut dilakukan dengan
mempertimbangkan aspek keselarasan bentuk dengan elemen asli dari Rumah Sakit
PGI Cikini, seperti penggunaan aksen hoodmould pada pintu dan jendela. Saran
tersebut dimaksudkan untuk memberikan pertimbangan kepada pengelola bangunan
untuk meningkatkan nilai kultural elemen-elemen yang minim tersebut.
6.
Kesimpulan
Karakter
spasial bangunan dapat terlihat dari bentuk denah dan susunan ruang-ruangnya.
Hal yang menjadi kekurangan dari karakter spasial bangunan ialah sebagian dari
ruangnya yang tidak lagi difungsikan karena kerusakan yang cukup parah pada
elemen-elemen bangunannya. Adanya penambahan ruang pada bangunan berdampak bagi
karakter spasialnya, seperti hubungan ruang, orientasi maupun sirkulasi dalam
bangunan.
Karakter visual
pada bangunan memiliki bermacam-macam ornamen yang menarik, memperkaya
keindahan serta memperkuat citra bangunan. Pergantian periode masa serta
kepemilikan menyisakan identitas yang khas bagi bangunan. Namun, tidak sedikit
pula komponen-komponen bangunan yang hilang akibat pergantian kepemilikan
tersebut. Selain itu, banyak elemen bangunan yang kondisi fisiknya perlu segera
dilakukan perbaikan karena faktor umur dan kerusakan bangunan. Banyak elemen
seperti lantai plafon serta dinding yang rusak sehingga ruang-ruang pada lantai
2 tidak difungsikan. Akibatnya pun berpengaruh terhadap hubungan ruang dan
fungsi ruang pada karakter spasial bangunan.
Berdasarkan hasil
evaluasi Rumah Sakit PGI Cikini, sebanyak 21% diarahkan untuk rekonstruksi, 24%
untuk rehabilitasi, 35% untuk konservasi dan 20% untuk preservasi. Dari hasil
tersebut dapat diketahui bahwa hanya seperlima elemen bangunan yang benar-benar
terjaga bentuk aslinya dan kondisinya yang masih terawat. Sementara elemen yang
perlu dilakukan pemugaran dari teknik konservasi sepertiga dari keseluruhan
elemen dan sisanya merupakan elemen-elemen rusak yang memerlukan perhatian
lebih.
Sumber:
https://kupdf.net/download/tugas-konservasi-arsitektur_59d64d8908bbc5835fd1214b_pdf
http://arsitektur.studentjournal.ub.ac.id/index.php/jma/article/view/491
https://seminar.iplbi.or.id/wp-content/uploads/2017/06/HERITAGE2017-A-355-358-Langkah-Awal-Konservasi-Kediaman-Raden-Saleh.pdf
https://cagarbudaya.kemdikbud.go.id/public/objek/detailcb/PO2015090300001/rumah-sakit-cikini-khusus-eks-rumah-raden-saleh
0 komentar:
Posting Komentar