Selasa, 26 Maret 2019

[2] Konservasi Arsitektur - Rumah Sakit PGI Cikini

Edit Posted by with No comments

Nama    : Yolla Ristyani Dewi
NPM      : 27315281
Kelas     : 4TB01
Matkul  : Konservasi Arsitektur
Dosen   : Dr. Ir. Agus Dharma., MT.



Secara harfiah, konservasi berasal dari bahasa Inggris yaitu Conservation yang terdiri atas kata con dan servare yang memiliki pengertian upaya memelihara apa yang kita punya namun secara bijaksana.
Dalam konteks luas Konservasi merupakan proses pengelolaan suatu tempat agar makna kultural yang terkandung dapat terjaga dengan baik meliputi seluruh kegiatan pemeliharaan sesuai kondisi lokal.
Konservasi Arsitektur adalah Upaya pelestarian/pemeliharaan hal yang bersangkutan dengan dunia arsitektur, baik itu merupakan sebuah kawasan, maupun didalam sebuah gedung, dengan tujuan agar dapat melestarikan/memelihara bangunan yang utuh dapat dipertahankan.

1.                  Sejarah Rumah Sakit PGI Cikini



Rumah Sakit PGI Cikini berdiri pada 12 Januari 1898 sebagai RS Ratu Emma (Vereniging voor Ziekenverpleging Koningen Emma Ziekenhuis Tjikini), RS Cikini didirikan oleh Ny. Adriana Josina de Graaf-Kooman, istri misionaris Belanda, dengan tujuan untuk merawat orang-orang sakit dari berbagai golongan masyarakat tanpa memandang kedudukan dan untuk semua suku, bangsa, dan agama.

Biaya pendirian rumah sakit diperoleh dari Ratu Emma, digunakan untuk membeli bekas rumah pelukis kenamaan Raden Saleh di Menteng (Huis van Raden Saleh). Nirin Ninkeulen dari Depok menjadi pribumi pertama yang bekerja sebagai tenaga medis di RS Ratu Emma. Rumah Sakit Ratu Emma berubah nama menjadi Rumah Sakit Tjikini pada 1 Agustus 1913.
Pada masa pendudukan Jepang, RS Cikini dijadikan Rumah Sakit Kaigun (Angkatan Laut Jepang). Pasca pendudukan Jepang (Agustus 1945 – Desember 1948), RS Tjikini dioperasikan oleh RAPWI dan kemudian DVG, hingga akhir 1948 RS Cikini dikembalikan pengelolaannya kepada pihak swasta dipimpin oleh R.F. Bozkelman.


Tahun 1957, pengelolaan Stichting Medische Voorziening Koningen Emma Ziekenhuis Tjikini diserahkan kepada DGI (Dewan Gereja-gereja di Indonesia) dengan Prof. Dr. Joedono sebagai pimpinan sementara. Selanjutnya diangkat dr. H. Sinaga, sebagai direktur pribumi pertama RS Tjikini. Yayasan Stichting Medische Voorziening Koningen Emma Ziekenhuis Tjikini kemudian diubah namanya menjadi Yayasan Rumah Sakit DGI Tjikini. Pada 31 Maret 1989, sehubungan dengan perubahan nama DGI menjadi PGI, dan adanya ejaan Bahasa Indonesia yang disempurnakan, maka nama Yayasan RS DGI Tjikini disempurnakan menjadi Yayasan Kesehatan PGI Cikini.

2.                  Lokasi dan data fisik Rumah Sakit PGI Cikini
Rumah Sakit PGI Cikini terletak di Jalan Raden Saleh No.40, RT.12/RW.2, Cikini, Menteng, RT.12/RW.2, Cikini, Menteng, Kota Jakarta Pusat, Daerah Khusus Ibukota Jakarta 10330. Rumah Sakit ini telah masuk dalam daftar penetapan cagar budaya nasional, dengan SK Menteri NoPM.13/PW.007/MKP/05, SK Gubernur No475 tahun 1993, dan SK Menteri No189/M/2017.

3.                  Karakter Spasial
Karakter spasial merupakan elemen yang membatasi sebuah ruang yang berkaitan dengan bangunan. Elemen yang dikaji dalam karakter spasial Rumah Sakit PGI Cikini terdiri dari:

      a.      Fungsi Ruang
Bangunan Rumah Sakit PGI Cikini yang merupakan bekas Rumah Raden Saleh, saat ini sebagian ruangannya difungsikan sebagai kantor pengelola rumah sakit. Pada bangunan juga terdapat ruangan yang sudah tak terpakai, mendominasi area lantai atas. Adanya ruangan non-fungsional tersebut dikarenakan rusak akibat bocor hingga membuat lantai-lantainya lapuk. Fungsi ruangnya terdiri dari beberapa jenis seperti kantor yayasan, kantor direksi, kantor keperawatan, kantor personalia, ruang rapat, ruang siaran, aula, ruang display dan ruang servis.
      b.      Hubungan Ruang
Ruang-ruang pada Rumah Sakit PGI Cikini saat ini didominasi oleh hubungan ruang yang saling berdampingan. Hubungan ruang dalam ruang yang terdapat pada bangunan merupakan hasil dari perubahan saat adanya penambahan ruangan. Beberapa pintu yang menghubungkan antar ruang kini tidak lagi difungsikan, sebagian dihalangi oleh perabot kantor dan sebagian ditutup dengan dinding.

      c.      Alur Sirkulasi
     Pola sirkulasi terdiri dari pola linear, radial dan sentral dengan sebagian besar pola yang ada merupakan pola linear. Beberapa pintu yang tidak difungsikan mempengaruhi pola sirkulasi bangunan saat ini.
d.     Orientasi Ruang
           Orientasi ruang berpusat ke aula dan koridor yang bersifat ruang bersama. Adanya beberapa bukaan yang kini tidak lagi difungsikan merupakan salah satu faktor perubahan orientasi pada bangunan.
4.                  Karakter Visual
Karakter visual merupakan karakter yang paling memberikan ciri khas dan citra sebuah bangunan. Elemen pembentuk karakter visual pada bangunan yang dikaji, ialah:

      a.      Bentuk Bangunan.
           Bentuk dasar dari bangunan ini merupakan gabungan dari geometri persegi dan lingkaran. Rumah Sakit PGI Cikini memiliki denah berbentuk menyilang dengan bentuk teras yang semi-circular. Bentuk denah tersebut merupakan tipikal bentuk denah katedral yang membentuk cross simetris dengan apse pada kapelnya.
          b.      Atap
Atap pada bangunan sebagian besar hasil renovasi, menghilangkan hampir seluruh ornamen yang menjadi ciri khas dari bangunan. Ornamen seperti finial, nok, parapet dan crocket telah hilang tergantikan dengan adanya penambahan atap baru. Penambahan tersebut mengakibatkan kerusakan pada atap seperti kebocoran yang berdampak ke bangunan.

            c.      Dinding
Komponen yang dapat ditemui pada dinding Rumah Sakit PGI Cikini seperti gevel, niche, moulding, buttress dan porte-cochère didominasi oleh gaya arsitektur gotik dengan campuran gaya klasik. Dekorasi pada dinding bangunan lebih banyak pada tampak depan bangunan maupun ruang publik seperti aula.
            
            d.      Baluster
Baluster atau pagar pembatas terdapat pada eksterior dan interior bangunan. Baluster pada eksterior bangunan dipengaruhi oleh gaya arsitektur klasik dengan bentuk spindle bergaya victorian. Newel post dari baluster eksterior saat ini dijadikan sebagai pedestal kolom ditambah banyaknya hiasan pada newel post yang telah hilang. Sementara baluster interior merupakan adaptasi gaya gotik terlihat dari bentuk dan ornamennya. Ornamen yang terdapat pada baluster interior berupa cusp yang membentuk trefoil head, quartefoil, fluer-de-lis dan sebagainya.
            
            e.      Pintu
        Pintu asli pada bangunan Rumah Sakit PGI Cikini (Eks Rumah Raden Saleh), memiliki bentuk melengkung pada bagian atasnya, baik berbentuk pointed arch maupun round arch. Pintu-pintu tersebut dilengkapi dengan aksesoris berupa hoodmould dan ornamen pada bagian ujungnya. Beberapa pintu memiliki muka yang berbeda pada sisi luar dan dalamnya. Sisi pintu yang menghadap ruang publik seperti aula cenderung memiliki hiasan dan ornamen yang detail dibanding sisi yang menghadap area privat. Detail ornamen yang dapat dijumpai pada pintu bangunan ini berupa trefoil, quartefoil, flame, mouchette dan sebagainya. Bentuk lengkung maupun bentuk pintu yang lancip serta ornamen yang ditemui pada bangunan didominasi oleh gaya arsitektur neo-gotik.

            f.      Jendela
Tidak jauh berbeda dengan karakter pintu, jendela asli pada bangunan memiliki bentuk pointed arch dengan dekorasi bentuk-bentuk gotik. Beberapa jendela telah mengalami perubahan berupa penambahan komponen adaptasi dari arsitektur kolonial. Penambahan ruang pada bangunan menjadikan beberapa posisi jendela berada di dalam ruangan sehingga tidak dapat berfungsi dengan maksimal. Pada area aula terdapat sebuah jendela yang berada pada plafon yang mulanya difungsikan sebagai skylight.

            g.      Kolom
Terdapat keberagaman jenis bentuk kolom pada bangunan, seperti kolom klaster berjenis corinthian, kolom tuscan, kolom lekukan besi tempa dan kolom kayu jepit. Kolom klaster dan kolom tuscan merupakan kolom asli pada bangunan yang dipengaruhi gaya arsitektur klasik. Adanya kolom penopang bagi atap tambahan yang dibuat dengan menggunakan newel post sebagai pedestal kolom.

5.                  Tinjauan Pelestarian
Hasil penilaian makna kultural pada variabel amatan kemudian diklasifikasikan sesuai dengan potensial kelasnya. Adapun potensial tersebut terbagi ke dalam potensial tinggi, potensial sedang dan potensial rendah dengan hasil sebagai berikut:
•          Potensial rendah (6-10) : 24 elemen
•          Potensial sedang (11-15) : 61 elemen
•          Potensial tinggi (16-18) : 33 elemen 

Total : 118 elemen

Apabila dipersentasekan, maka elemen bangunan yang memiliki potensial rendah sebanyak 20%, potensial sedang 52% dan potensial tinggi sebanyak 28% dari total keseluruhan 118 elemen yang dievaluasi. Berdasarkan ketiga jenis potensial bangunan, variabel dimasukkan ke dalam empat kelas pelestarian, arahan pelestarian untuk rekonstruksi 21%, rehabilitasi 24%, konservasi 35% dan preservasi 20%.

Dari hasil tersebut dapat diketahui bahwa hanya seperlima elemen bangunan yang benar-benar terjaga bentuk asli dan kondisinya yang masih terawat. Sementara elemen yang perlu dilakukan pemugaran dari teknik konservasi sepertiga dari keseluruhan elemen dan sisanya merupakan elemen-elemen rusak yang memerlukan perhatian lebih.

Beberapa elemen bangunan yang memiliki nilai potensial rendah disarankan untuk dilakukan pengembangan desain. Saran pengembangan desain tersebut dilakukan dengan mempertimbangkan aspek keselarasan bentuk dengan elemen asli dari Rumah Sakit PGI Cikini, seperti penggunaan aksen hoodmould pada pintu dan jendela. Saran tersebut dimaksudkan untuk memberikan pertimbangan kepada pengelola bangunan untuk meningkatkan nilai kultural elemen-elemen yang minim tersebut.

6.                  Kesimpulan
Karakter spasial bangunan dapat terlihat dari bentuk denah dan susunan ruang-ruangnya. Hal yang menjadi kekurangan dari karakter spasial bangunan ialah sebagian dari ruangnya yang tidak lagi difungsikan karena kerusakan yang cukup parah pada elemen-elemen bangunannya. Adanya penambahan ruang pada bangunan berdampak bagi karakter spasialnya, seperti hubungan ruang, orientasi maupun sirkulasi dalam bangunan.

Karakter visual pada bangunan memiliki bermacam-macam ornamen yang menarik, memperkaya keindahan serta memperkuat citra bangunan. Pergantian periode masa serta kepemilikan menyisakan identitas yang khas bagi bangunan. Namun, tidak sedikit pula komponen-komponen bangunan yang hilang akibat pergantian kepemilikan tersebut. Selain itu, banyak elemen bangunan yang kondisi fisiknya perlu segera dilakukan perbaikan karena faktor umur dan kerusakan bangunan. Banyak elemen seperti lantai plafon serta dinding yang rusak sehingga ruang-ruang pada lantai 2 tidak difungsikan. Akibatnya pun berpengaruh terhadap hubungan ruang dan fungsi ruang pada karakter spasial bangunan.

Berdasarkan hasil evaluasi Rumah Sakit PGI Cikini, sebanyak 21% diarahkan untuk rekonstruksi, 24% untuk rehabilitasi, 35% untuk konservasi dan 20% untuk preservasi. Dari hasil tersebut dapat diketahui bahwa hanya seperlima elemen bangunan yang benar-benar terjaga bentuk aslinya dan kondisinya yang masih terawat. Sementara elemen yang perlu dilakukan pemugaran dari teknik konservasi sepertiga dari keseluruhan elemen dan sisanya merupakan elemen-elemen rusak yang memerlukan perhatian lebih.


Sumber:
https://kupdf.net/download/tugas-konservasi-arsitektur_59d64d8908bbc5835fd1214b_pdf
http://arsitektur.studentjournal.ub.ac.id/index.php/jma/article/view/491
https://seminar.iplbi.or.id/wp-content/uploads/2017/06/HERITAGE2017-A-355-358-Langkah-Awal-Konservasi-Kediaman-Raden-Saleh.pdf
https://cagarbudaya.kemdikbud.go.id/public/objek/detailcb/PO2015090300001/rumah-sakit-cikini-khusus-eks-rumah-raden-saleh

0 komentar:

Posting Komentar