Rabu, 24 April 2019

[3] Konservasi Arsitektur - Rumah Abu, Kampung Kapitan 7 Ulu, Palembang

Edit Posted by with No comments


Nama    :Yolla Ristyani Dewi
NPM     : 27315281
Kelas     : 4TB01
Matkul  : Konservasi Arsitektur
Dosen   : Dr. Ir. Agus Dharma., MT.


           Indonesia memiliki keanekaragaman suku dan budaya, dimana mempengaruhi gaya arsitektur suatu bangunan atau suatu kawasan. Pada zaman dahulu beberapa bangunan dipengaruhi oleh pengaruh dari bangsa luar mulai dari Inggris, Belanda, sampai dengan Cina. Berikut adalah salah satu contoh pelestarian atau konservasi pada sebuah bangunan peninggalan masa lalu.

Kampung Kapitan di Palembang beralamat di Kelurahan 7 ulu, Seberang Ulu I, Palembang. Di Kampung Kapitan terdapat Rumah Kapitan, aslinya berukuran 22 meter x 25 meter sebelum bagian belakangnya diberi bangunan tambahan sehingga memiliki panjang sekitar 50 meter. Bangunan induk yang berisi meja sembahyang dan foto-foto para Kapitan itu masih menampakkan keaslian pada bagian bangunannya. Demikian juga bagian atap yang memakai genting belah buluh (bambu). Rumah ini diperkirakan dibangun sekitar akhir tahun 1600-an.

Rumah Kapitan kini disebut juga Rumah Abu ini merupakan bangunan cagar budaya yang bernilai penting bagi pendidikan, ilmu pengetahuan, dan kebudayaan, terutama dalam kaitannya dengan studi perkembangan arsitektural bangunan cagar budaya di Indonesia.





Oleh karena itu, pelestarian arsitektural bangunan tersebut menjadi bagian penting yang perlu mendapatkan perhatian. Hal ini sesuai dengan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 11  tahun 2010 tentang cagar budaya.
Kurangnya penangan yang tepat membuat Rumah Abu ini sedikit demi sedikit mengalami kerusakan yang fatal dan hampir beberapa bagian arsitekturnya hilang. Seperti halnya kerusakan pada struktur bangunan yang terjadi sistematis karena tidak terawat yang terdapat pada bagian interiornya. Antara lain seperti lantai yang hancur/berlubang, rapuh pada struktur lantainya karena menggunakan bahan kayu dan tidak dirawat. Bentuk plafon yang sudah tidak ada, beberapa bagian dinding kayu yang mengalami pengelupasan dan mengalami pecahan pada dinding batu.
Sedangkan pada bagian eksteriornya hanya beberapa yaitu pada ornamen handrail dan dinding. Dalam hal ini bangunan yang dikonservasi merupakan bangunan bersejarah arsitektur Cina Belanda yang sudah langka karena kurangnya pemahaman masyarakat tentang warisan budaya yang berdampak pada hilangnya satu per satu bangunan arsitektur Cina Belanda yang ada. Hal tersebut juga membuat berkurangnya nilai kebudayaan, nilai sejarah, serta nilai sosial yang terkandung dalam bangunan dan lingkungan sekitar Rumah Abu tersebut hampir musnah.



Berikut adalah tabel masalah dan solusi konservasi terhadap Rumah Abu di Kampung Kapitan 7 Ulu Palembang.


Tampak Depan
Perlakuan


Pada tampak depan Rumah Abu harus tetap dipertahankan karena menggunakan langgam dari tiga kebudayaan yaitu Palembang, Cina, dan Belanda. Dari tampak bangunan Rumah Abu ini diketahui bahwa bangunan ini merupakan tengaran pada lingkungan komplek Kampung Kapitan di Palembang. Akan lebih baik lagi lumut pada dinding bata dibersihka, plesteran pada dinding dan kolom diperbaiki, dan balustrade yang sudah hilang dibuat dengan menggunakan material yang baru tetapi dalam bentuk yang sama.
Struktur
Perlakuan


Kerusakan pada atap di bagian belakang rumah terjadi karena faktor cuaca hujan maupun panas yang membuat genting tersebut menjadi hancur. Karena tidak segera diperbaiki maka kerusakan tersebut terjadi sampai ke struktur atap yang membuat kayu-kayu pada rangka atap menjadi lapuk. Sedangkan pada struktur balok penopang
talang air tidakterjadi kerusakan yang signifikan dan masih kuat sampai saat ini. Ada baiknya kerusakan pada struktur atap diperbaiki dengan bahan material baru yaitu kayu unglen dan tembesu dan mengikuti bentuk asli dari struktur Rumah Abu.
Tata Ruang
Perlakuan


Bentuk denah merupakan perpaduan arsitektur rumah limas Palembang dan arsitektur tradisional Cina yang memiliki courtyard di tengah-tengah bangunan. Bentuk denah ini tetap dipertahankan dan tidak diubah-ubah sesuai dengan bentuk asli dari Rumah Abu dari awal pembangunan sampai sekarang.
Bahan
Perlakuan

Perlu dilakukan upaya pengembalian ke material asli sesuai dengan data yang ada. Pengembalian ini disesuaikan dengan data kondisi lapangan, literatur, analogi bangunan, sumber foto kuno dan data hasil wawancara dengan narasumber. Dilakukan untuk mendapatkan data mengenai jenis material yang digunakan, komposisi dan kekuatannya. Sampel material kayu (atap, struktur atap, plafon, dinding, dan lantai) dan bata merah (dinding, kolom, dan pondasi) melalui pendokumentasian yang akurat terhadap sebagai bangunan yang akan dikonservasi.
Warna
Perlakuan


pada dinding bata dan kolom kolonial. Sedangkan warna untuk kayu ada beberapa yang masih asli da ada yang sudah hilang.
Warna pada Rumah Abu ini harus dipertahankan agar suasana keaslian dari bangunan ini tetap terasa selamanya.
Ornamen
Perlakuan
 
ornamen pada pintu, jendela, ventilasi, dan balustrade harus dipertahankan dan dibuat dokumentasi sebagai bukti bahwa keberadaan ornamen benar ada apabila nantinya tiba-tiba hilang. Sedangkan ornamen arsitektur tradisonal Cina pada balok penyangga talang air ini harus tetap dipertahankan, dan ada baiknya jika talang air diperbaiki agar beban pada struktur penyangga tidak terlalu berat yang dapat mengakibatkan struktur menjadi patah.
Suasana
Perlakuan


Suasana depan Rumah Abu dulu merupaka suasana perkampungan yang terdapat sebuah halaman luas untuk anak – anak bermain namun tidak terawat.
Kini halaman luas tersebut didesain dengan pola – pola taman agar menarik pengunjung dan memberikan keindahan  pada Rumah Abu itu sendiri.

        Berikut adalah penampilan Rumah Kapitan / Rumah Abu sekarang ini.








Sumber :
malaya.or.id/index.php/palembang-the-legendary-city/
tribunnews.com/travel/2015/06/14/kampung-kapitan-palembang-jejak-pertama-keturunan-tionghoa
journal.unpar.ac.id/index.php/unpargraduate/article
https://finifio.wordpress.com/category/konservasi-arsitektur/

0 komentar:

Posting Komentar