Nama :Yolla Ristyani Dewi
NPM : 27315281
Kelas : 4TB01
Matkul : Konservasi Arsitektur
Dosen : Dr. Ir. Agus Dharma., MT.
Indonesia memiliki keanekaragaman
suku dan budaya, dimana mempengaruhi gaya arsitektur suatu bangunan atau suatu
kawasan. Pada zaman dahulu beberapa bangunan dipengaruhi oleh pengaruh dari
bangsa luar mulai dari Inggris, Belanda, sampai dengan Cina. Berikut adalah
salah satu contoh pelestarian atau konservasi pada sebuah bangunan peninggalan
masa lalu.
Kampung
Kapitan di Palembang beralamat di Kelurahan 7 ulu, Seberang Ulu I, Palembang.
Di Kampung Kapitan terdapat Rumah Kapitan, aslinya berukuran 22 meter x 25
meter sebelum bagian belakangnya diberi bangunan tambahan sehingga memiliki
panjang sekitar 50 meter. Bangunan induk yang berisi meja sembahyang dan
foto-foto para Kapitan itu masih menampakkan keaslian pada bagian bangunannya.
Demikian juga bagian atap yang memakai genting belah buluh (bambu). Rumah ini
diperkirakan dibangun sekitar akhir tahun 1600-an.
Rumah Kapitan
kini disebut juga Rumah Abu ini merupakan bangunan cagar budaya yang bernilai
penting bagi pendidikan, ilmu pengetahuan, dan kebudayaan, terutama dalam
kaitannya dengan studi perkembangan arsitektural bangunan cagar budaya di
Indonesia.
Oleh karena itu, pelestarian
arsitektural bangunan tersebut menjadi bagian penting yang perlu mendapatkan perhatian. Hal ini sesuai dengan Undang-Undang Republik
Indonesia Nomor 11 tahun 2010 tentang cagar budaya.
Kurangnya penangan yang tepat membuat Rumah Abu ini
sedikit demi sedikit mengalami kerusakan yang fatal dan hampir beberapa bagian
arsitekturnya hilang. Seperti halnya kerusakan pada struktur bangunan yang
terjadi sistematis karena tidak terawat yang terdapat pada bagian interiornya.
Antara lain seperti lantai yang hancur/berlubang, rapuh pada struktur lantainya
karena menggunakan bahan kayu dan tidak dirawat. Bentuk plafon yang sudah tidak
ada, beberapa bagian dinding kayu yang mengalami pengelupasan dan mengalami
pecahan pada dinding batu.
Sedangkan pada bagian eksteriornya hanya beberapa
yaitu pada ornamen handrail dan dinding. Dalam hal ini bangunan yang
dikonservasi merupakan bangunan bersejarah arsitektur Cina Belanda yang sudah
langka karena kurangnya pemahaman masyarakat tentang warisan budaya yang
berdampak pada hilangnya satu per satu bangunan arsitektur Cina Belanda yang
ada. Hal tersebut juga membuat berkurangnya nilai kebudayaan, nilai sejarah,
serta nilai sosial yang terkandung dalam bangunan dan lingkungan sekitar Rumah
Abu tersebut hampir musnah.
Berikut adalah tabel masalah dan solusi konservasi terhadap
Rumah Abu di Kampung Kapitan 7 Ulu Palembang.
Tampak
Depan
|
Perlakuan
|
|
Pada tampak depan
Rumah Abu harus tetap dipertahankan karena menggunakan langgam dari tiga
kebudayaan yaitu Palembang, Cina, dan Belanda. Dari tampak bangunan Rumah Abu
ini diketahui bahwa bangunan ini merupakan tengaran pada lingkungan komplek
Kampung Kapitan di Palembang. Akan lebih baik lagi lumut pada dinding bata
dibersihka, plesteran pada dinding dan kolom diperbaiki, dan balustrade yang
sudah hilang dibuat dengan menggunakan material yang baru tetapi dalam bentuk
yang sama.
|
Struktur
|
Perlakuan
|
|
Kerusakan pada atap
di bagian belakang rumah terjadi karena faktor cuaca hujan maupun panas yang
membuat genting tersebut menjadi hancur. Karena tidak segera diperbaiki maka
kerusakan tersebut terjadi sampai ke struktur atap yang membuat kayu-kayu
pada rangka atap menjadi lapuk. Sedangkan pada struktur balok penopang
talang air
tidakterjadi kerusakan yang signifikan dan masih kuat sampai saat ini. Ada
baiknya kerusakan pada struktur atap diperbaiki dengan bahan material baru
yaitu kayu unglen dan tembesu dan mengikuti bentuk asli dari struktur Rumah
Abu.
|
Tata
Ruang
|
Perlakuan
|
|
Bentuk denah
merupakan perpaduan arsitektur rumah limas Palembang dan arsitektur
tradisional Cina yang memiliki courtyard di tengah-tengah bangunan. Bentuk
denah ini tetap dipertahankan dan tidak diubah-ubah sesuai dengan bentuk asli
dari Rumah Abu dari awal pembangunan sampai sekarang.
|
Bahan
|
Perlakuan
|
|
Perlu dilakukan
upaya pengembalian ke material asli sesuai dengan data yang ada. Pengembalian
ini disesuaikan dengan data kondisi lapangan, literatur, analogi bangunan,
sumber foto kuno dan data hasil wawancara dengan narasumber. Dilakukan untuk
mendapatkan data mengenai jenis material yang digunakan, komposisi dan
kekuatannya. Sampel material kayu (atap, struktur atap, plafon, dinding, dan
lantai) dan bata merah (dinding, kolom, dan pondasi) melalui pendokumentasian
yang akurat terhadap sebagai bangunan yang akan dikonservasi.
|
Warna
|
Perlakuan
|
|
pada dinding bata
dan kolom kolonial. Sedangkan warna untuk kayu ada beberapa yang masih asli
da ada yang sudah hilang.
Warna pada Rumah Abu
ini harus dipertahankan agar suasana keaslian dari bangunan ini tetap terasa
selamanya.
|
Ornamen
|
Perlakuan
|
|
ornamen pada pintu,
jendela, ventilasi, dan balustrade harus dipertahankan dan dibuat dokumentasi
sebagai bukti bahwa keberadaan ornamen benar ada apabila nantinya tiba-tiba
hilang. Sedangkan ornamen arsitektur tradisonal Cina pada balok penyangga
talang air ini harus tetap dipertahankan, dan ada baiknya jika talang air
diperbaiki agar beban pada struktur penyangga tidak terlalu berat yang dapat
mengakibatkan struktur menjadi patah.
|
Suasana
|
Perlakuan
|
|
Suasana depan Rumah
Abu dulu merupaka suasana perkampungan yang terdapat sebuah halaman luas
untuk anak – anak bermain namun tidak terawat.
Kini halaman luas
tersebut didesain dengan pola – pola taman agar menarik pengunjung dan
memberikan keindahan pada Rumah Abu itu sendiri.
|
Berikut adalah penampilan Rumah Kapitan / Rumah Abu sekarang ini.
Sumber
:
malaya.or.id/index.php/palembang-the-legendary-city/
tribunnews.com/travel/2015/06/14/kampung-kapitan-palembang-jejak-pertama-keturunan-tionghoa
journal.unpar.ac.id/index.php/unpargraduate/article
https://finifio.wordpress.com/category/konservasi-arsitektur/
0 komentar:
Posting Komentar