Sabtu, 09 Februari 2019

Kritik Arsitektur - BAB 3: Pembahasan

Edit Posted by with No comments

Nama  : Yolla Ristyani Dewi

Kelas    : 4TB01
NPM    : 27315281
Matkul : Kritik Arsitektur
Dosen  : Agus Suparman ST., MT

BAB 3
PEMBAHASAN

§     Name Project             : Shinning Star School
§     Architects                   : Djuhara + Djuhara
§     Location                     : Bintaro, Indonesia
§     Category                     : Kindergarten
§     Architect in Charge   :Wendy Djuhara
§     Design Team               : Edwin Kurniawan
§     Area                            : 560.0 sqm
§     Project Year               : 2007
(sumber: archdaily)

            Bintaro Jaya adalah salah satu dari wilayah sub-urban yang tengah berkembang di Jakarta. Di tengah tingginya pengembangan real estate, memunculkan kebutuhan yang tinggi pula akan sarana fasilitas pendidikan. Banyak Taman Kana-kanak dan PAUD yang dibangun di area perumahan, bahkan muncul di kawasan unit rumah terkecil.

            Di antara banyaknya Taman Kanak-kanak di Bintaro, Shining Star School telah bertahan lebih dari sepuluh tahun, terletak di dua rumah lama yang dijadikan satu, keadaan bangunan tersebut mulai memburuk dan kebutuhan akan luas ruang menjadi masalah yang krusial.



Ruang-ruang yang telah ditambahkan ke struktur aslinya, menghabiskan hampir seluruh lahan. Hal ini membuat cahaya dan udara alami menjadi mustahil untuk masuk ke dalam ruangan sekolah. Di antara masalah lainnya, jalan utana di depan sekolah menjadi jalan yang sibuk yang menciptakan kebisingan dan polusi udara. Karena usulan layout baru dan buruknya kondisi bangunan, arsitek dan klien memutuskan untuk merubuhkan bagunan asli dan memulainya dari awal. Pendanaan yang terbatas juga menjadi salah satu permasalahan penting yang menghambat konsep dasar dari sekolah ini.



         Beton ekspose, bata hollow, kayu daur ulang dari peti kayu dan material lokal serta struktur ringan lain digunakan. Tinggi dari lantai ke lantai dikurangi menjadi 3 meter. Material lokal seperti bata hollow san ubin keramik  disusun dengan bentuk yang baru menggunakan keterampilan lokal untuk memberikan kesan kontemporer. Kayu daur ulang digunakan untuk pintu, teras dan perabot.




Halaman kecil dengan rerumputan ditambahkan ke dalam lahan untuk menahan bising, membawa cahaya alami masuk, membantu pertukaran udara dan menambah area resapan air. Pintu-pintu dapat digeser terbuka untuk menggabungkan 2 atau 3 ruangan sekaligus, sehingga sekolah dapat menggelar pertunjukan murid-murid, acara kelulusan dan lainnya, untuk mengakomodir orang yang banyak. Kayu pembungkus yang menutupi sandbox bisa diangkat untuk menciptakan panggung sementara untuk pertunjukan. Sebelumnya, pihak sekolah harus menyewa tempat di gedung lain untuk pertunjukan dan acara kelulusan, dan mengajak anak-anak ke taman terdekat supaya mereka dapat menikmati udara segar. Namun sekarang anak-anak bisa berlarian dan bermain di rumput halaman. Beberapa pohon buah kecil ditanam di pot di atap, sebuah elemen untuk mengajarkan anak-anak perkotaan yang sudah sering melihat buah, namun tidak pernah melihat pohonnya.



Untuk beberapa orang tua murid, butuh waktu untuk menerima kualitas dari konsep bangunan tersebut karena berbeda dengan persepsi mereka akan bentuk sekolah yang semestinya. Sebuah konsep yang menawari kemewahan dan kualitas dari ruang melawan material-material mahal, dan apresiasi baru terhadap material yang ada di sekitar kita. Semoga, sekolah ini bisa mengajarkan orang dewasa melalui anak-anak mereka.

BAB 1 | BAB 2 | BAB 3 | BAB 4

Sumber:https://www.archdaily.com/335383/shining-stars-kindergarten-bintaro-djuhara-djuhara/5126d49eb3fc4bd586000010-shining-stars-kindergarten-bintaro-djuhara-djuhara-floor-plan

0 komentar:

Posting Komentar