Nama :
Yolla Ristyani Dewi
Kelas :
4TB01
NPM :
27315281
Matkul : Kritik Arsitektur
Dosen : Agus Suparman ST., MT
BAB 3
PEMBAHASAN
§
Name Project : Shinning Star School
§
Architects :
Djuhara + Djuhara
§
Architect in Charge :Wendy Djuhara
§
Design Team : Edwin Kurniawan
§
Area : 560.0 sqm
§
Project Year : 2007
(sumber: archdaily) |
Bintaro Jaya adalah salah satu dari
wilayah sub-urban yang tengah berkembang di Jakarta. Di tengah tingginya
pengembangan real estate, memunculkan kebutuhan yang tinggi pula akan sarana
fasilitas pendidikan. Banyak Taman Kana-kanak dan PAUD yang dibangun di area
perumahan, bahkan muncul di kawasan unit rumah terkecil.
Di antara banyaknya
Taman Kanak-kanak di Bintaro, Shining Star School telah bertahan lebih dari
sepuluh tahun, terletak di dua rumah lama yang dijadikan satu, keadaan bangunan
tersebut mulai memburuk dan kebutuhan akan luas ruang menjadi masalah yang
krusial.
Ruang-ruang yang telah
ditambahkan ke struktur aslinya, menghabiskan hampir seluruh lahan. Hal ini
membuat cahaya dan udara alami menjadi mustahil untuk masuk ke dalam ruangan
sekolah. Di antara masalah lainnya, jalan utana di depan sekolah menjadi jalan
yang sibuk yang menciptakan kebisingan dan polusi udara. Karena usulan layout
baru dan buruknya kondisi bangunan, arsitek dan klien memutuskan untuk
merubuhkan bagunan asli dan memulainya dari awal. Pendanaan yang terbatas juga
menjadi salah satu permasalahan penting yang menghambat konsep dasar dari
sekolah ini.
Beton ekspose, bata
hollow, kayu daur ulang dari peti kayu dan material lokal serta struktur ringan
lain digunakan. Tinggi dari lantai ke lantai dikurangi menjadi 3 meter.
Material lokal seperti bata hollow san ubin keramik disusun dengan bentuk yang baru menggunakan
keterampilan lokal untuk memberikan kesan kontemporer. Kayu daur ulang digunakan
untuk pintu, teras dan perabot.
Halaman kecil dengan
rerumputan ditambahkan ke dalam lahan untuk menahan bising, membawa cahaya
alami masuk, membantu pertukaran udara dan menambah area resapan air. Pintu-pintu
dapat digeser terbuka untuk menggabungkan 2 atau 3 ruangan sekaligus, sehingga
sekolah dapat menggelar pertunjukan murid-murid, acara kelulusan dan lainnya,
untuk mengakomodir orang yang banyak. Kayu pembungkus yang menutupi sandbox
bisa diangkat untuk menciptakan panggung sementara untuk pertunjukan.
Sebelumnya, pihak sekolah harus menyewa tempat di gedung lain untuk pertunjukan
dan acara kelulusan, dan mengajak anak-anak ke taman terdekat supaya mereka
dapat menikmati udara segar. Namun sekarang anak-anak bisa berlarian dan
bermain di rumput halaman. Beberapa pohon buah kecil ditanam di pot di atap,
sebuah elemen untuk mengajarkan anak-anak perkotaan yang sudah sering melihat
buah, namun tidak pernah melihat pohonnya.
Untuk
beberapa orang tua murid, butuh waktu untuk menerima kualitas dari konsep
bangunan tersebut karena berbeda dengan persepsi mereka akan bentuk sekolah
yang semestinya. Sebuah konsep yang menawari kemewahan dan kualitas dari ruang melawan
material-material mahal, dan apresiasi baru terhadap material yang ada di
sekitar kita. Semoga, sekolah ini bisa mengajarkan orang dewasa melalui
anak-anak mereka.
BAB 1 | BAB 2 | BAB 3 | BAB 4
BAB 1 | BAB 2 | BAB 3 | BAB 4
Sumber:https://www.archdaily.com/335383/shining-stars-kindergarten-bintaro-djuhara-djuhara/5126d49eb3fc4bd586000010-shining-stars-kindergarten-bintaro-djuhara-djuhara-floor-plan
0 komentar:
Posting Komentar