Nama :
Yolla Ristyani Dewi
Kelas :
4TB01
NPM :
27315281
Matkul : Kritik Arsitektur
Dosen :
Agus Suparman ST., MT.
BAB 1
PENDAHULUAN
Kritik adalah masalah penganalisaan dan
pengevaluasian sesuatu dengan tujuan untuk meningkatkan pemahaman, memperluas
apresiasi, atau membantu memperbaiki pekerjaan. Kritikus modern mencakup kaum
profesi atau amatir yang secara teratur memberikan pendapat atau
menginterpretasikan seni pentas atau karya lain (seperti karya seniman,
ilmuwan, musisi atau aktor) dan, biasanya, menerbitkan pengamatan mereka,
sering di jurnal ilmiah. Kaum kritikus banyak jumlahnya di berbagai bidang,
termasuk kritikus seni, musik, film, teater atau sandiwara, rumah makan dan
penerbitan ilmiah.
Secara etimologis berasal dari bahasa Yunani
κριτικός, kritikós – “yang membedakan”, kata ini sendiri diturunkan dari bahasa
Yunani Kuna κριτής, krités, artinya “orang yang memberikan pendapat beralasan”
atau “analisis”, “pertimbangan nilai”, “interpretasi”, atau “pengamatan”.
Istilah ini biasa dipergunakan untuk menggambarkan seorang pengikut posisi yang
berselisih dengan atau menentang objek kritikan.
Kritik arsitektur merupakan tanggapan dari hasil
sebuah pengamatan terhadap suatu karya arsitektur. Disitu orang merekam dengan
berbagai indra kelimanya kemudian mengamati,memahami dengan penuh kesadaran dan
menyimpannya dalam memori dan untuk ditindaklanjuti dengan ucapan dalam bentuk
pernyataan,ungkapan dan penggambaran dari benda yang diamatinya.
Di dalam arsitektur terdapat 6 macam kritik
arsitektur yaitu kritik deskriptif, kritik normatif, kritik typical, kritik
impresionis, kritik interpretif, dan kritik terukur.
1.
Kritik Deskriptif
Deskriptif mencatat fakta-fakta pengalaman
seseorang terhadap bangunan atau kota. Dimana pendekatan deskriptif ini lebih
bertujuan pada kenyataan bahwa jka kita tahu apa yang sesungguhnya suatu
kejadian dan proses kejadiannya maka kita dapat lebih memahami makna bangunan.
Metode deskriptif ini tidak dipandang sebagai bentuk to judge atau to
interprete. Tetapi sekedar metode untuk melihat bangunan sebagaimana apa adanya
dan apa yang terjadi di dalamnya.
Metode kritik deskriptif memiliki 3 jenis,
antara lain:
a)
Depictive Criticism
(Gambaran Bangunan)
Depictive criticism dalam aspek static memfokuskan perhatian pada
elemen-elemen bentuk (form), bahan (materials) dan permukaan (texture).
§
Static Aspects (Aspek Statis)
Depictive cenderung tidak dipandang sebagai sebuah bentuk kritik karena
ia tidak didasarkan pada pernyataan baik atau buruk sebuah bangunan. Sebagaimana
tradisi dalam kritik kesenian yang lain, metode ini menyatakan apa yang
sesungguhnya ada dan terjadi disana. Masyarakat cenderung memandang dunia
sesuai dengan keterbatasan pengalaman masa lalunya, maka melalui perhatian yang
jeli terhadap aspek tertentu bangunan dan mennceritakan kepada kita apa yang
telah dilihat, kritik depictive telah menjadi satu metode penting untuk
membangkitkan satu catatan pengalaman baru seseorang.
Kritik Depictive tidak butuh pernyataan betul atau salah karena penilaian
dapat menjadi bias akibat pengalaman seseorang di masa lalunya. Kritik
depictive lebih mengesankan sebagai seorang editor atau reporter, yang menghindari
penyempitan atau perluasan perhatian terhadap satu aspek bangunan agar
terhindar dari pengertian kritikus sebagai interpreter atau advocate. Depictive
criticism dalam aspek static memfocuskan perhatian pada elemen-elemen bentuk
(form), bahan (materials) dan permukaan (texture). Penelusuran aspek static
dalam Depictive criticism seringkali digunakan oleh para kritikus untuk memberi
pandangan kepada pembaca agar memahami apa yang telah dilihatnya sebelum
menentukan penafsiran terhadap apa yang dilihatnya kemudian.
• Penggunaan media grafis dalam depictive
critisim dapat dengan baik merekam dan mengalihkan informasi bangunan secara
non verbal tanpa kekhawatiran terhadap bias. Aspek static depictive criticism
dapat dilakukan melalui beberapa cara survey antara lain : photografi, diagram,
pengukuran dan deskripsi verbal (kata-kata).
§
Dynamic (secara Verbal)
Tidak seperti aspek statis, aspek dinamis depictive mencoba melihat
bagaimana bangunan digunakan bukan dari apa bangunan di buat.
Aspek dinamis mengkritisi bangunan melalui:
bagaimana manusia bergerak melalui ruang-ruang sebuah bangunan? Apa yang
terjadi disana? Pengalaman apa yang telah dihasilkan dari sebuah lingkungan
fisik?
§
Process (secara Prosedural)
Merupakan satu bentuk depictive criticism yang menginformasikan kepada
kita tentang proses bagaimana sebab-sebab lingkungan fisik terjadi seperti itu.
b)
Biographical Criticism
(Riwayat Hidup)
Kritik yang hanya mencurahkan perhatiannya pada sang artist (penciptanya),
khususnya aktifitas yang telah dilakukannya. Memahami dengan logis perkembangan
sang artis sangat diperlukan untuk memisahkan perhatian kita terhadap intensitasnya
pada karyakaryanya secara spesifik.
c)
Contextual Criticism (
Persitiwa)
Hal yang perlu diketahui dalam contextual criticismadalah : Informasi tentang
aspek social, politik dan ekonomi pada saat bangunan di desain. Tekanan-tekanan
apakah yang diterima sang arsitek atau klien pada saat bangunan akan dan sedang
dibangun?
Untuk memeberikan lebih ketelitian untuk lebih
mengerti suatu bangunan, diperlukan beragam imformasi deskriptif, imformasi
seperti aspek-aspek tentang sosial, political, dan ekonomi konteks bangunan
yang telah didesain. Kebanyakan kritikus tidak mengetahui rahasia imformasi
mengenai faktor yang mempengaruhi proses desain kecuali mereka pribadi
terlibat.
2.
Kritik Normatif
Kritik normatif adalah mengkritisi sesuatu baik
abstrak maupun konkrit sesuai dengan norma, aturan, ketentuan yang ada. Hakikat
kritik normatif adalah adanya keyakinan (conviction) bahwa di lingkungan dunia
manapun, bangunan dan wilayah perkotaan selalu dibangun melalui suatu model,
pola, standard atau sandaran sebagai sebuah prinsip.
Melalui suatu prinsip, keberhasilan kualitas
lingkungan buatan dapat dinilai. Suatu norma tidak saja berupa standard fisik
yang dapat dikuantifikasi tetapi juga non fisik yang kualitatif. Norma juga
berupa sesuatu yang tidak konkrit dan bersifat umum dan hampir tidak ada
kaitannya dengan bangunan sebagai sebuah benda konstruksi.
Kritik normatif perlu dibedakan dalam 4 metode,
antara lain:
a)
Metode Doktrin
Satu norma yang bersifat general, pernyataan
prinsip tak terukur.
b)
Metode Sistemik
Suatu norma penyusunan elemen-elemen yang saling
berkaitan untuk satu tujuan
c)
Metode Tipikal
Suatu norma yang didasarkan pada model yang
digeneralisasi untuk satu kategori bangunan spesifik
d)
Metode Terukur
Sekumpulan dugaan yang mampu mendefinisikan
bangunan dengan baik secara kuantitatif
3.
Kritik Tipikal
Kritik tipikal (Typical Criticism) adalah sebuah metode kritik yang termasuk pada
Kritik Normatif (Normative Criticism).
Kritik tipikal yaitu metode kritik dengan membandingkan obyek yang dianalisis
dengan bangunan sejenis lainnya, dalam hal ini bangunan publik.
Adapun elemen dalam kritik tipical, antara lain:
a)
Structural (Struktur)
Tipe ini didasarkan atas
penilaian terhadap lingkungan berkait dengan penggunaan material dan pola yang
sama:
· · Jenis bahan
· · Sistem struktur
· · Sistem Utilitas dan sebagainya.
b)
Function (Fungsi)
Hal ini didasarkan pada pembandingan lingkungan
yang didesain untuk aktifitas yang sama.
Misalnya sekolah akan dievaluasi
dengan keberadaan sekolah lain yang sama:
· · Kebutuhan pada ruang kelas
· · Kebutuhan auditorium
· Kebutuhan ruang terbuka dsb
c)
Form ( Bentuk )
Diasumsikan bahwa ada tipe bentuk-bentuk yang eksestensial dan
memungkinkan untuk dapat dianggap memadai bagi fungsi yang sama pada bangunan
lain. Penilaian secara kritis dapat difocuskan pada cara bagaimana bentuk itu
dimodifikasi dan dikembangkan variasinya, Sebagai contoh bagaimana Pantheon
telah memberi inspirasi bagi bentuk-bentuk bangunan yang monumental pada masa
berikutnya.
Keuntungan Kritik Typical:
·
Desain dapat lebih efisien dan dapat menggantungkan pada tipe tertentu.
·
Tidak perlu mencari lagi panduan setiap mendesain
·
Tidak perlu menentukan pilihan-pilihan visi baru lagi.
·
Dapat mengidentifikasi secara spesifik setiap kasus yang sama
·
Tidak memerlukan upaya yang membutuhkan konteks lain.
Kerugian Kritik Typical
·
Desain hanya didasarkan pada solusi yang minimal
·
Sangat bergantung pada tipe yang sangat standard
·
Memiliki ketergantungan yang kuat pada satu type
·
Tidak memeiliki pemikiran yang segar
·
Sekadar memproduksi ulang satu pemecahan
4.
Kritik Impressionis
Metode ini cenderung selalu berubah mengikuti
perkembangan jaman dimana kritik-kritik yang ada umumnya cenderung mengambil
suatu hal positif dari satu bangunan dan menerapkannya pada bangunan lain
sebagai salah satu cara bereksplorasi.
Kritik impresionistik dapat berbentuk:
·
Caligramme : Paduan kata membentuk silhouette
·
Verbal Discourse : Narasi verbal puisi atau prosa
·
Painting : Lukisan
·
Photo Image : Imagi foto
·
Modification of Building : Modifikasi bangunan
·
Cartoon : Fokus pada bagian bangunan sebagai lelucon
Keuntungan Kritik Impresionis:
§
Membuat imajinasi tentang bangunan menjadi lebih bermakna
§
Merangsang orang untuk melihat lebih dalam ke arah makna dan arti
bangunan
§
Membuat orang untuk melihat karya seni lebih teliti
§
Mampu meyederhanakan suatu analisis objek yang tadinya terasa kompleks•
§
Membuat lingkungan lebih mudah dikenali
Kerugian Kritik Impreionis
§
Kritik seolah tidak berkait dengan arsitektur
§
Interpretasi menjadi lebih luas dan masuk dalam wilayah bidang ilmu lain
§
Pesan perbaikan dalam arsitektur tidak tampak secara langsung
§
Menghasikan satu interpretasi yang bias tentang hakikat arsitektur.
5.
Krikitik Interpretif
Kritik interpretif (Interpretive Criticism) yang
berarti adalah sebuah kritik yang menafsirkan namun tidak menilai secara
judgemental. Kritikus pada jenis ini dipandang sebagai pengamat yang
profesional. Bentuk kritik cenderung subyektif dan bersifat mempengaruhi
pandangan orang lain agar sejalan dengan pandangan kritikus tersebut. Dalam
penyajiannya menampilkan sesuatu yang baru atau memandang sesuatu bangunan dari
sudut pandang lain. Terdapat 3 jenis kritik interpretatif, yaitu:
a)
Kritik Evokatif (Evocative) – Kritik yang Membangkitkan Rasa
Menggugah pemahaman intelektual atas makna yang dikandung pada suatu
bangunan. Sehingga kritik ini tidak mengungkap suatu objek itu benar atau salah
melainkan pengungkapan pengalaman perasaan akan ruang. Metode ini bisa
disampaikan dalam bentuk naratif (tulisan) dan fotografis (gambar).
b)
Kritik Advokatif (Advocatory) – Kritik yang Membela, Memposisikan Diri
sebagai Arsitek Objek Kritik
Kritik dalam bentuk penghakiman dan mencoba
mengarahkan pada suatu topik yang dipandang perlu. Namun bertentangan dalam hal
itu kritikus juga membantu melihat manfaat yang telah dihasilkan oleh arsitek
sehingga dapat membalikkan dari objek bangunan yang sangat menjemukan menjadi
bangunan yang mempersona.
c)
Kritik Impresionis (Imppressionis Criticism) – Kritik Dipakai sebagai
Alat untuk Melahirkan Karya Seni Baru
Kritik ini menggunakan karya seni atau bangunan
sebagai dasar bagi pembentukan karya seninya.
Kritik impresionis dapat berbentuk:
§
Caligramme : Paduan kata membentuk silhouette
§
Verbal Discourse : Narasi verbal puisi atau prosa
§
Painting : Lukisan
§
Photo Image : Imagi foto
§
Modification of Building : Modifikasi bangunan
§
Cartoon : Fokus pada bagian bangunan sebagai lelucon
6.
Kritik Terukur
Kritik terukur menyatakan satu penggunaan
bilangan atau angka hasil berbagai macam observasi sebagai cara menganalisa
bangunan melalui hukum-hukum matematika tertentu. Norma yang terukur digunakan
untuk memberi arah yang lebih kuantitatif. Hal ini merupakan satu bentuk
analogi dari ilmu pengetahuan alam yang diformulasikan untuk tujuan kendali
rancangan arsitektural. Pengolahan melalui statistik atau teknik lain
secara matematis dapat mengungkapkan informasi baru tentang objek yang terukur
dan wawasan tertentu dalam studi arsitektur.
Perbedaan dari kritik normatif yang lain adalah
terletak pada metode yang digunakan yang berupa standardisasi desain yang
sangat kuantitatif dan terukur secara amtematis.
Bilangan atau standard pengukuran secara khusus
memberi norma bagaimana bangunan diperkirakan pelaksanaannya.
Standardisasi pengukuran dalam desain bangunan
dapat berupa:
§
Ukuran batas minimum atau maksimum
§
Ukuran batas rata-rata (avarage)
§
Kondisi-kondisi yang dikehendaki
Sumber: Sumber: http://raziq_hasan.staff.gunadarma.ac.id/Downloads/folder/0.2
0 komentar:
Posting Komentar