Sabtu, 09 Februari 2019

Kritik Arsitektur - BAB 1: Pendahuluan

Edit Posted by with No comments

Nama  : Yolla Ristyani Dewi
Kelas    : 4TB01
NPM    : 27315281
Matkul : Kritik Arsitektur
Dosen  : Agus Suparman ST., MT.



BAB 1
PENDAHULUAN

Kritik adalah masalah penganalisaan dan pengevaluasian sesuatu dengan tujuan untuk meningkatkan pemahaman, memperluas apresiasi, atau membantu memperbaiki pekerjaan. Kritikus modern mencakup kaum profesi atau amatir yang secara teratur memberikan pendapat atau menginterpretasikan seni pentas atau karya lain (seperti karya seniman, ilmuwan, musisi atau aktor) dan, biasanya, menerbitkan pengamatan mereka, sering di jurnal ilmiah. Kaum kritikus banyak jumlahnya di berbagai bidang, termasuk kritikus seni, musik, film, teater atau sandiwara, rumah makan dan penerbitan ilmiah.

Secara etimologis berasal dari bahasa Yunani κριτικός, kritikós – “yang membedakan”, kata ini sendiri diturunkan dari bahasa Yunani Kuna κριτής, krités, artinya “orang yang memberikan pendapat beralasan” atau “analisis”, “pertimbangan nilai”, “interpretasi”, atau “pengamatan”. Istilah ini biasa dipergunakan untuk menggambarkan seorang pengikut posisi yang berselisih dengan atau menentang objek kritikan.

Kritik arsitektur merupakan tanggapan dari hasil sebuah pengamatan terhadap suatu karya arsitektur. Disitu orang merekam dengan berbagai indra kelimanya kemudian mengamati,memahami dengan penuh kesadaran dan menyimpannya dalam memori dan untuk ditindaklanjuti dengan ucapan dalam bentuk pernyataan,ungkapan dan penggambaran dari benda yang diamatinya.

Di dalam arsitektur terdapat 6 macam kritik arsitektur yaitu kritik deskriptif, kritik normatif, kritik typical, kritik impresionis, kritik interpretif, dan kritik terukur.

1.        Kritik Deskriptif
Deskriptif mencatat fakta-fakta pengalaman seseorang terhadap bangunan atau kota. Dimana pendekatan deskriptif ini lebih bertujuan pada kenyataan bahwa jka kita tahu apa yang sesungguhnya suatu kejadian dan proses kejadiannya maka kita dapat lebih memahami makna bangunan. Metode deskriptif ini tidak dipandang sebagai bentuk to judge atau to interprete. Tetapi sekedar metode untuk melihat bangunan sebagaimana apa adanya dan apa yang terjadi di dalamnya. 

Metode kritik deskriptif memiliki 3 jenis, antara lain:
            a)      Depictive Criticism (Gambaran Bangunan)
Depictive criticism dalam aspek static memfokuskan perhatian pada elemen-elemen bentuk (form), bahan (materials) dan permukaan (texture).
§     Static Aspects (Aspek Statis)
Depictive cenderung tidak dipandang sebagai sebuah bentuk kritik karena ia tidak didasarkan pada pernyataan baik atau buruk sebuah bangunan. Sebagaimana tradisi dalam kritik kesenian yang lain, metode ini menyatakan apa yang sesungguhnya ada dan terjadi disana. Masyarakat cenderung memandang dunia sesuai dengan keterbatasan pengalaman masa lalunya, maka melalui perhatian yang jeli terhadap aspek tertentu bangunan dan mennceritakan kepada kita apa yang telah dilihat, kritik depictive telah menjadi satu metode penting untuk membangkitkan satu catatan pengalaman baru seseorang.
Kritik Depictive tidak butuh pernyataan betul atau salah karena penilaian dapat menjadi bias akibat pengalaman seseorang di masa lalunya. Kritik depictive lebih mengesankan sebagai seorang editor atau reporter, yang menghindari penyempitan atau perluasan perhatian terhadap satu aspek bangunan agar terhindar dari pengertian kritikus sebagai interpreter atau advocate. Depictive criticism dalam aspek static memfocuskan perhatian pada elemen-elemen bentuk (form), bahan (materials) dan permukaan (texture). Penelusuran aspek static dalam Depictive criticism seringkali digunakan oleh para kritikus untuk memberi pandangan kepada pembaca agar memahami apa yang telah dilihatnya sebelum menentukan penafsiran terhadap apa yang dilihatnya kemudian.
• Penggunaan media grafis dalam depictive critisim dapat dengan baik merekam dan mengalihkan informasi bangunan secara non verbal tanpa kekhawatiran terhadap bias. Aspek static depictive criticism dapat dilakukan melalui beberapa cara survey antara lain : photografi, diagram, pengukuran dan deskripsi verbal (kata-kata).

§     Dynamic (secara Verbal)
Tidak seperti aspek statis, aspek dinamis depictive mencoba melihat bagaimana bangunan digunakan bukan dari apa bangunan di buat.
Aspek dinamis mengkritisi bangunan melalui: bagaimana manusia bergerak melalui ruang-ruang sebuah bangunan? Apa yang terjadi disana? Pengalaman apa yang telah dihasilkan dari sebuah lingkungan fisik?

§     Process (secara Prosedural)
Merupakan satu bentuk depictive criticism yang menginformasikan kepada kita tentang proses bagaimana sebab-sebab lingkungan fisik terjadi seperti itu.

             b)     Biographical Criticism (Riwayat Hidup)
Kritik yang hanya mencurahkan perhatiannya pada sang artist (penciptanya), khususnya aktifitas yang telah dilakukannya. Memahami dengan logis perkembangan sang artis sangat diperlukan untuk memisahkan perhatian kita terhadap intensitasnya pada karyakaryanya secara spesifik.
            
            c)      Contextual Criticism ( Persitiwa)
Hal yang perlu diketahui dalam contextual criticismadalah : Informasi tentang aspek social, politik dan ekonomi pada saat bangunan di desain. Tekanan-tekanan apakah yang diterima sang arsitek atau klien pada saat bangunan akan dan sedang dibangun?
Untuk memeberikan lebih ketelitian untuk lebih mengerti suatu bangunan, diperlukan beragam imformasi deskriptif, imformasi seperti aspek-aspek tentang sosial, political, dan ekonomi konteks bangunan yang telah didesain. Kebanyakan kritikus tidak mengetahui rahasia imformasi mengenai faktor yang mempengaruhi proses desain kecuali mereka pribadi terlibat.

2.        Kritik Normatif
Kritik normatif adalah mengkritisi sesuatu baik abstrak maupun konkrit sesuai dengan norma, aturan, ketentuan yang ada. Hakikat kritik normatif adalah adanya keyakinan (conviction) bahwa di lingkungan dunia manapun, bangunan dan wilayah perkotaan selalu dibangun melalui suatu model, pola, standard atau sandaran sebagai sebuah prinsip.

Melalui suatu prinsip, keberhasilan kualitas lingkungan buatan dapat dinilai. Suatu norma tidak saja berupa standard fisik yang dapat dikuantifikasi tetapi juga non fisik yang kualitatif. Norma juga berupa sesuatu yang tidak konkrit dan bersifat umum dan hampir tidak ada kaitannya dengan bangunan sebagai sebuah benda konstruksi.

Kritik normatif perlu dibedakan dalam 4 metode, antara lain:

      a)      Metode Doktrin
      Satu norma yang bersifat general, pernyataan prinsip tak terukur.
      b)      Metode Sistemik
       Suatu norma penyusunan elemen-elemen yang saling berkaitan untuk satu tujuan
       c)      Metode Tipikal
       Suatu norma yang didasarkan pada model yang digeneralisasi untuk satu kategori bangunan spesifik
       d)      Metode Terukur
       Sekumpulan dugaan yang mampu mendefinisikan bangunan dengan baik secara kuantitatif

3.        Kritik Tipikal
Kritik tipikal (Typical Criticism) adalah sebuah metode kritik yang termasuk pada Kritik Normatif (Normative Criticism). Kritik tipikal yaitu metode kritik dengan membandingkan obyek yang dianalisis dengan bangunan sejenis lainnya, dalam hal ini bangunan publik.

Adapun elemen dalam kritik tipical, antara lain:
      a)      Structural (Struktur)
      Tipe ini didasarkan atas penilaian terhadap lingkungan berkait dengan penggunaan material dan pola yang sama:
·        ·        Jenis bahan
·        ·       Sistem struktur
·        ·       Sistem Utilitas dan sebagainya.

       b)      Function (Fungsi)
Hal ini didasarkan pada pembandingan lingkungan yang didesain untuk aktifitas yang sama.

Misalnya sekolah akan dievaluasi dengan keberadaan sekolah lain yang sama:
·         ·       Kebutuhan pada ruang kelas
·         ·       Kebutuhan auditorium
       ·       Kebutuhan ruang terbuka dsb

        c)      Form ( Bentuk )
              Diasumsikan bahwa ada tipe bentuk-bentuk yang eksestensial dan memungkinkan untuk dapat dianggap memadai bagi fungsi yang sama pada bangunan lain. Penilaian secara kritis dapat difocuskan pada cara bagaimana bentuk itu dimodifikasi dan dikembangkan variasinya, Sebagai contoh bagaimana Pantheon telah memberi inspirasi bagi bentuk-bentuk bangunan yang monumental pada masa berikutnya.

Keuntungan Kritik Typical:
·                     Desain dapat lebih efisien dan dapat menggantungkan pada tipe tertentu.
·                     Tidak perlu mencari lagi panduan setiap mendesain
·                     Tidak perlu menentukan pilihan-pilihan visi baru lagi.
·                     Dapat mengidentifikasi secara spesifik setiap kasus yang sama
·                     Tidak memerlukan upaya yang membutuhkan konteks lain.

Kerugian Kritik Typical
·                     Desain hanya didasarkan pada solusi yang minimal
·                     Sangat bergantung pada tipe yang sangat standard
·                     Memiliki ketergantungan yang kuat pada satu type
·                     Tidak memeiliki pemikiran yang segar
·                     Sekadar memproduksi ulang satu pemecahan

4.        Kritik Impressionis
Metode ini cenderung selalu berubah mengikuti perkembangan jaman dimana kritik-kritik yang ada umumnya cenderung mengambil suatu hal positif dari satu bangunan dan menerapkannya pada bangunan lain sebagai salah satu cara bereksplorasi.
Kritik impresionistik dapat berbentuk:
·           Caligramme : Paduan kata membentuk silhouette
·           Verbal Discourse : Narasi verbal puisi atau prosa
·           Painting : Lukisan
·           Photo Image : Imagi foto
·           Modification of Building : Modifikasi bangunan
·           Cartoon : Fokus pada bagian bangunan sebagai lelucon

Keuntungan Kritik Impresionis:
§   Membuat imajinasi tentang bangunan menjadi lebih bermakna
§   Merangsang orang untuk melihat lebih dalam ke arah makna dan arti bangunan
§   Membuat orang untuk melihat karya seni lebih teliti
§   Mampu meyederhanakan suatu analisis objek yang tadinya terasa kompleks•
§   Membuat lingkungan lebih mudah dikenali

Kerugian Kritik Impreionis
§  Kritik seolah tidak berkait dengan arsitektur
§  Interpretasi menjadi lebih luas dan masuk dalam wilayah bidang ilmu lain
§  Pesan perbaikan dalam arsitektur tidak tampak secara langsung
 §   Menghasikan satu interpretasi yang bias tentang hakikat arsitektur.

5.       Krikitik Interpretif
Kritik interpretif (Interpretive Criticism) yang berarti adalah sebuah kritik yang menafsirkan namun tidak menilai secara judgemental. Kritikus pada jenis ini dipandang sebagai pengamat yang profesional. Bentuk kritik cenderung subyektif dan bersifat mempengaruhi pandangan orang lain agar sejalan dengan pandangan kritikus tersebut. Dalam penyajiannya menampilkan sesuatu yang baru atau memandang sesuatu bangunan dari sudut pandang lain. Terdapat 3 jenis kritik interpretatif, yaitu:
   
       a)      Kritik Evokatif (Evocative) – Kritik yang Membangkitkan Rasa
Menggugah pemahaman intelektual atas makna yang dikandung pada suatu bangunan. Sehingga kritik ini tidak mengungkap suatu objek itu benar atau salah melainkan pengungkapan pengalaman perasaan akan ruang. Metode ini bisa disampaikan dalam bentuk naratif (tulisan) dan fotografis (gambar).

       b)      Kritik Advokatif (Advocatory) – Kritik yang Membela, Memposisikan Diri sebagai Arsitek                Objek Kritik
Kritik dalam bentuk penghakiman dan mencoba mengarahkan pada suatu topik yang dipandang perlu. Namun bertentangan dalam hal itu kritikus juga membantu melihat manfaat yang telah dihasilkan oleh arsitek sehingga dapat membalikkan dari objek bangunan yang sangat menjemukan menjadi bangunan yang mempersona.

        c)      Kritik Impresionis (Imppressionis Criticism) – Kritik Dipakai sebagai Alat untuk Melahirkan             Karya Seni Baru
Kritik ini menggunakan karya seni atau bangunan sebagai dasar bagi pembentukan karya seninya.

Kritik impresionis dapat berbentuk:
§  Caligramme : Paduan kata membentuk silhouette
§  Verbal Discourse : Narasi verbal puisi atau prosa
§  Painting : Lukisan
§  Photo Image : Imagi foto
§  Modification of Building : Modifikasi bangunan
§  Cartoon : Fokus pada bagian bangunan sebagai lelucon

6.        Kritik Terukur
Kritik terukur menyatakan satu penggunaan bilangan atau angka hasil berbagai macam observasi sebagai cara menganalisa bangunan melalui hukum-hukum matematika tertentu. Norma yang terukur digunakan untuk memberi arah yang lebih kuantitatif. Hal ini merupakan satu bentuk analogi dari ilmu pengetahuan alam yang diformulasikan untuk tujuan kendali rancangan arsitektural. Pengolahan melalui statistik atau teknik lain secara matematis dapat mengungkapkan informasi baru tentang objek yang terukur dan wawasan tertentu dalam studi arsitektur.

Perbedaan dari kritik normatif yang lain adalah terletak pada metode yang digunakan yang berupa standardisasi desain yang sangat kuantitatif dan terukur secara amtematis.
Bilangan atau standard pengukuran secara khusus memberi norma bagaimana bangunan diperkirakan pelaksanaannya.

Standardisasi pengukuran dalam desain bangunan dapat berupa:
§   Ukuran batas minimum atau maksimum
§   Ukuran batas rata-rata (avarage)
§   Kondisi-kondisi yang dikehendaki


BAB 1 | BAB 2 | BAB 3 | BAB 4

Sumber: Sumber: http://raziq_hasan.staff.gunadarma.ac.id/Downloads/folder/0.2

0 komentar:

Posting Komentar