Kamis, 24 Maret 2016

Permasalahan Masyarakat: Pelecehan Seksual pada Anak

Edit Posted by with No comments
Nama : Yolla Ristyani Dewi
Kelas : 1TB01
NPM : 27315281
Dosen Ary Natalina











PELECEHAN SEKSUAL PADA ANAK


Pelecehan seksual adalah salah satu bentuk pelecehan paling menghancurkan yang dilakukan pada anak-anak. Karena dengan mengalami hal semacam itu akan berdampak buruk pada mental dan psikis anak-anak, dan itu akan berdampak buruk juga bagi penerus generasi. Meski Indonesia dikenal dengan masyarakatnya yang berbudaya, namun ada beberapa hal yang membuat kekerasan ini tak jarang ditemui di tengah-tengah masyarakat dan menjadi permasalahan yang tak berujung.

Pengertian pelecehan seksual itu sendiri adalah setiap tindakan seksual (secara terang-terangan atau sembunyi-sembunyi) yang dipaksakan atas seorang anak di bawah umur delapan belas tahun. Sudah terlalu lama kebudayaan kita mendefinisikan pelecehan dalam arti hubungan kelamin saja. Pelecehan seksual dapat meliputi setiap tindakan kekerasan seksual—dari persetubuhan sampai penyimpangan seks voyeurism (dilirik secara seksual). Anak-anak tidak pernah didisain oleh Tuhan untuk memiliki energi seks dalam bentuk apapun dalam jiwa (dan tubuh) mereka. Kekerasan seksual ini, entah datangnya dari orang-orang dewasa atau anak-anak yang lebih tua (secara eksplisit atau halus), dapat meninggalkan berbagai macam bentuk atau intensitas kehancuran yang berbeda. Ini dapat dilihat dari bagaimana perasaan seorang anak terhadap tubuhnya, rasa dilindungi, kemampuan untuk percaya, dan keamanan dirinya.

Banyak orang dewasa yang mengalami pelecehan seks sebagai remaja merasa bersalah dan bertanggung jawab secara pribadi, terutama jika timbul perasaan nikmat dalam diri mereka. Yang lebih menghancurkan adalah kebenaran yang menyedihkan bahwa keinginan yang wajar akan kasih, kepedulian dan perhatian dipenuhi secara tidak wajar oleh pelaku pelecehan itu. Setiap orang dewasa bertanggung jawab atas energi seks mereka dan bertanggung jawab untuk tidak menyalahgunakan kekuatan mereka dengan melampaui batasan-batasannya. Hal ini benar, tidak peduli usia anak itu berapa, atau bagaimana mereka bersikap terhadap orang dewasa, atau apa yang menjadi kebutuhan emosi anak itu.

Kekerasan seksual adalah kekerasan yang terjadi karena persoalan seksualitas.  Ibarat awan dan hujan, demikianlah hubungan antar seks dan kekerasan. Di mana terdapat seks maka kekerasan hampir selalu dilahirkan. Termasuk dalam kekerasan seksual adalah perkosaan, pelecehan seksual (penghinaan dan perendahan terhadap lawan jenis), penjualan anak perempuan untuk prostitusi, dan kekerasan oleh pasangan.




Contoh-contoh kekerasaan seksual:

1.      Perkosaan.
Perkosaan adalah jenis kekerasan yang paling mendapat sorotan. Diperkirakan 22% perempuan dan 2% laki-laki pernah menjadi korban perkosaan. Untuk di Amerika saja, setiap 2 menit terjadi satu orang diperkosa. Hanya 1 dari 6 perkosaan yang dilaporkan ke polisi. Sebagian besar perkosaan dilakukan oleh orang yang mengenal korban alias orang dekat korban.




2.      Kekerasan seksual terhadap anak-anak.
Suatu tinjauan baru-baru ini terhadap 17 studi dari seluruh dunia menunjukkan bahwa di manapun, sekitar 11% sampai dengan 32% perempuan dilaporkan mendapat perlakuan atau mengalami kekerasan seksual pada masa kanak-kanaknya. Umumnya pelaku kekerasan adalah anggota keluarga, orang-orang yang memiliki hubungan dekat, atau teman. Mereka yang menjadi pelaku kekerasan seksual terhadap anak biasanya adalah korban kekerasan seksual pada masa kanak-kanak.



3.      Kekerasan seksual terhadap pasangan.
Kekerasan ini mencakup segala jenis kekerasan seksual yang dilakukan seseorang terhadap pasangan seksualnya. Sebesar 95% korban kekerasan adalah perempuan. Temuan penelitian yang dilakukan Rifka Annisa bersama UGM, UMEA University, dan Women’s Health Exchange USA di Purworejo, Jawa Tengah, Indonesia, pada tahun 2000 menunjukkan bahwa 22% perempuan mengalami kekerasan seksual. Sejumlah 1 dari 5 perempuan (19%) melaporkan bahwa biasanya mereka dipaksa untuk melakukan hubungan seksual dengan pasangan mereka selama dipukuli. Termasuk kekerasan seksual adalah kekerasan yang dilakukan seorang laki-laki terhadap seorang perempuan, semata-mata karena sang korban adalah perempuan. Istilah untuk ini adalah kekerasan berbasis gender.


Berikut adalah kekerasan berbasis gender:

·         Kekerasan fisik : Menampar,  memukul, menendang, mendorong, mencambuk, dll.

·         Kekerasan emosional/ verbal: Mengkritik, membuat pasangan merasa bersalah, membuat permainan pikiran, memaki, menghina, dll.

·         Ketergantungan finansial: Mencegah pasangan untuk mendapat pekerjaan, membuat pasangan dipecat, membuat pasangan meminta uang, dll

·         Isolasi sosial: Mengontrol pasangan dengan siapa boleh bertemu dan di mana bisa bertemu, membatasi gerak pasangan dalam pergaulan, dll

·         Kekerasan seksual: Memaksa seks, berselingkuh, sadomasokisme, dll.

·         Pengabaian/penolakan: Mengatakan kekerasan tidak pernah terjadi, menyalahkan pasangan bila kekerasan terjadi, dll.

·         Koersi, ancaman, intimidasi: Membuat pasangan khawatir, memecahkan benda-benda, mengancam akan meninggalkan, dll



Cara Mengatasi Pelecehan Seksual

Pelecehan seksual pada anak  merupakan hubungan atau interaksi antara seorang anak dan seorang yang lebih tua atau anak yang lebih banyak nalar atau orang dewasa seperti orang asing, saudara sekandung atau orang tua dimana anak tersebut dipergunakan sebagai sebuah obyek pemuas bagi kebutuhan seksual pelaku. Perbuatan ini dilakukan dengan menggunakan paksaan, ancaman, suap, tipuan atau tekanan. Bentuk-bentuk pelecehan seksual itu sendiri bisa berupa tindak perkosaan ataupun pencabulan.

Faktor-faktor yang dapat menyebabkan anak menjadi korban pelecehan seksual :
• Anak kecil innocent (polos) dan tak berdaya. Apalagi, jika harus berhadapan dengan orang-orang dewasa, terutama orang tua. Itu sebabnya, pelecehan seksual banyak dilakukan oleh bapak, paman, kakek, guru, atau tetangga dekat.

• Rendahnya moralitas dan mentalitas pelaku juga memicu munculnya pelecehan. Moralitas dan mentalitas yang tidak dapat bertumbuh dengan baik, membuat pelaku tidak dapat mengontrol nafsu atau perilakunya.

• Anak mengalami cacat tubuh, retardasi mental atau gangguan tingkah laku juga menjadi salah satu sebab banyaknya kasus pelecehan pada anak. Anak-anak penyandang cacat ini menjadi sasaran empuk bagi pelaku pelecehan seksual, sebab beberapa faktor yang dianggap menguntungkan karena pelaku pelecehan pada anak-anak penyandang cacat biasanya sudah merencanakan niatnya itu dengan memperhitungkan berbagai faktor, yakni keamanan pada saat melakukan dan lemahnya bukti yang bisa dicari karena korban masih anak-anak atau penyandang cacat.

Dampak dari pelecehan seksual itu sendiri terhadap anak :
Pelecehan seksual berdampak besar terhadap psikologis anak, karena mengakibatkan emosi yang tidak stabil. Oleh karena itu, anak korban pelecehan seksual harus dilindungi dan tidak dikembalikan pada situasi dimana tempat terjadinya pelecehan seksual tersebut dan pelaku pelecehan dijauhkan dari anak korban pelecehan. Hal ini untuk memberi perlindungan pada anak korban pelecehan seksual. Anak-anak yang menjadi korban pelecehan seksual akan mengalami sejumlah masalah, seperti: kehilangan semangat hidup, membenci lawan jenis, dan punya keinginan untuk balas dendam; bila kondisi psikologisnya tidak ditangani secara serius.

Cara-cara untuk mencegah terjadinya pelecehan seksual pada anak :

• Orang tua membuka komunikasi dan menjalin kedekatan emosi dengan anak-anak. Dengan cara menyempatkan diri untuk bermain bersama anak-anak.

• Orang tua disarankan memberikan pengertian kepada anak-anak tentang tubuh mereka dan hal-hal yang tidak boleh dilakukan oleh orang lain terhadap bagian tubuhnya. Misalnya, anak diberi pengertian bahwa kalau ada orang lain yang mencium misal di pipi harus hati-hati karena itu tidak diperbolehkan, apalagi orang lain itu yang tidak dikenal.

• Kenalkan kepada anak perbedaan antara orang asing, kenalan, teman, sahabat, dan kerabat. Misalnya, orang asing adalah orang yang tidak dikenal sama sekali. Terhadap mereka, si anak tak boleh terlalu ramah, akrab, atau langsung memercayai. Kerabat adalah anggota keluarga yang dikenal dekat. Meski terhitung dekat, sebaiknya sarankan kepada anak untuk menghindari situasi berduaan saja.

• Jika sang anak sudah melewati usia balita, ajarkan bersikap malu bila telanjang. Dan, bila sudah memiliki kamar sendiri, ajarkan pula untuk selalu menutup pintu dan jendela bila tidur.

• Adanya keterlibatan aparat penegak hukum yakni penyidik, jaksa dan hakim dalam menangani kasus pelecehan seksual pada anak sehingga berperspektif terhadap anak diharapkan dapat menimbulkan efek jera pada pelaku tindak pidana pelecehan sehingga tidak ada lagi anak-anak yang menjadi korban pelecehan seksual.

Pelecehan seksual bisa saja terjadi di manapun, termasuk di lingkungan kerja. Tentu saja tak ada seorangpun yang rela dilecehkan, sehingga ketika mengalami situasi tersebut orang kerap memutuskan untuk keluar dari kantor. Namun, perlu Anda ketahui bahwa lari dari suatu masalah bukanlah solusi yang baik. Seperti dilansir oleh idiva, berikut ini beberapa tips untuk mengatasi pelecehan seksual di kantor.

1.      Mempertahankan Imej Profesional
Berusaha untuk mempertahankan imej atau citra profesional. Kenakanlah busana yang rapi dan terhormat ke kantor sehingga Anda tidak mengundang perhatian rekan kerja yang ‘jahil’, terutama pria. Memang setiap wanita ingin tampil cantik dan sempurna dengan memamerkan bentuk tubuh yang ideal, namun alangkah baiknya jika mengenakan busana yang pantas dan rapi. Dengan begitu orang lain juga tak akan berani melecehkan.

2.      Tegas dan Percaya Diri
Seorang pengganggu dan yang suka melecehkan biasanya kerap senang menyakiti orang lain. Jadi senjata terbesar yang dibutuhkan adalah kekuatan. Jangan sampai menangis dan menyerah saat diancam oleh orang-orang tersebut. Memang wajar jika merasa tertekan dengan perlakuan mereka, namun jika menunjukkan bahwa diri Anda lemah dan rentan, mereka justru akan memanfaatkan kelemahan tersebut. Oleh karena itu Anda harus yakin, percaya diri dan tegas memberitahu mereka untuk tidak memperlakukan Anda seperti itu lagi.

3.      Jangan Mengumbar ke Banyak Orang
Ketika Anda menjadi korban pelecehan oleh seorang rekan kerja di kantor, mungkin hal yang ingin dilakukan adalah melaporkan perbuatannya itu pada seluruh rekan kantor. Tapi hati-hati, hal tersebut justru bisa menjadi bumerang apalagi jika si pelaku punya pengaruh besar di kantor dan Anda pun tidak punya bukti pelecehan yang dilakukannya. Yang terjadi, masalah bisa lepas kendali dan karir Anda bisa terancam berakhir. Jika mengalami pelecehan seksual, cukup ceritakan pada teman dekat atau atasan yang punya wewenang menegur dan memberi sanksi terhadap karyawan yang berperilaku menyimpang.


4.      Membuat Catatan Tertulis
Salah satu cara yang dapat dilakukan untuk mengatasi pelecehan seksual dengan membuat catatan tertulis mengenai pelecahan yang dilakukan si pelaku kepada Anda. Catatlah tanggal dan waktu kejadiannya secara lengkap. Anda juga perlu mencatat identitas pelaku, lokasi kejadian dan perilaku serta ucapan si pelaku. Hal ini untuk menguatkan laporan ke bagian personalia, lembaga bantuan hukum atau kepolisian, jika memang kasus ini perlu dibawa ke jalur hukum.

5.      Membina Tim
Ketika upaya secara individu gagal untuk menegaskan kepada si pelaku untuk tidak melakukan pelecehan terhadap Anda, sebaiknya Anda membina satu



tim dengan rekan kerja terpercaya. Dengan begitu ketika si pelaku mulai ingin melecehkan, Anda memiliki beberapa saksi yang juga bisa membantu Anda keluar dari situasi tersebut.


https://masalahsosialmasyarakat.wordpress.com/2012/05/05/cara-mengatasi-pelecehan-seksual/

0 komentar:

Posting Komentar